Friday, October 6, 2017

LEARNING ORGANIZATION DAN TEAM LEARNING MENUJU AKSELERASI DINAS KESEHATAN KAB.ENREKANG


KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,Segala puji hanya milik-Nya karena atas berkat dan rahmat hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan sebuah makalah mata kuliah Leadership and System Thinking.
Semoga melalui makalah ini dapat menambah cakrawala wawasan dan pengetahuan kita, khususnya bagi para mahasiswa FKM Unhas, serta pembaca pada umumnya. Terima kasih kepada semua rekan mahasiswa jurusan Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan yang senantiasa memberikan masukannya serta Bapak Prof. Dr. drg. A. Zulkifli Abdullah, M.Kes. selaku Dosen mata kuliah Leadership and System Thinking.
Saya sebagai penyusun berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar,      November 2016


Penyusun















DAFTAR ISI
 HALAMAN SAMPUL .................................................................................  1
KATA PENGANTAR .................................................................................  2 
DAFTAR ISI ................................................................................................  3
BAB 1. PENDAHULUAN 
A   LATAR BELAKANG .......................................................................  4 
B.   RUMUSAN MASALAH.................................................................. 6
C.   TUJUAN PENULISAN................................................................... 7
D.   MANFAAT PENULISAN ...............................................................  7
BAB 2. PEMBAHASAN
A.   LEARNING ORGANIZATION........................................................ 8
B.   THE FIFTH DISCIPLINE OF LEARNING ORGANIZATION.....10
C.   TEAM LEARNING........................................................................... 14
D.   STRATEGI PENGEMBANGAN TEAM LEARNING.................. 14
E.   TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN................................... 16
F.    MANAJEMEN KONFLIK DI DINAS KESEHATAN.................... 16
G.   MENUJU PERUBAHAN ORGANISASI (DINAS KESEHATAN) 20
BAB 3. PENUTUP
A.   KESIMPULAN ................................................................................  21
B.   REKOMENDASI .............................................................................  21
REFERENSI................................................................................................ 22











BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Organisasi dapat dikatakan sebagai sekumpulan orang-orang yang disusun dalam kelompok-kelompok, yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, Organisasi adalah system kerjasama antara dua orang atau lebih, atau organisasi adalah setiap bentuk kerjasama untuk pencapaian tujuan bersama, organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.
Organisasi pada dasarnya seperti mahluk hidup, kelangsungan hidupnya sangat ditentukan oleh kemampuannya untuk beradapatasi dengan lingkungan. Perubahan lingkungan strategik organisasi yang sangat cepat dalam berbagai dimensi, seperti teknologi, sosial, ekonomi, perundangan, globalisasi, dll. menuntut organisasi untuk mampu beradaptasi pada perubahan itu. Apabila organisasi terlambat untuk berubah maka sangat besar kemungkinan organisasi akan mundur kinerjanya bahkan, dapat  Punah. Oleh karena itu suatu hal yang harus dilakukan oleh organisasi untuk tetap bertahan dan berkembang adalah organisasi senantiasa mempelajari perubahan lingkungan strategic dan segera beradaptasi pada perubahan itu. Dalam dinamika organisasi tersebut muncul istilah Organisasi Pembelajaran/Belajar dan Pembelajaran Organisasi.
Dinas Kesehatan adalah salah satu organisasi kompleks yang terdiri dari berbagai macam sumber daya yang kompleks. Semakin besar ukuran suatu organisasi semakin cenderung menjadi kompleks keadaannya. Kompleksitas ini menyangkut berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang dan sebagainya.
Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat di identifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang dan lain-lain. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.
Konflik merupakan kondisi terjadinya ketidak cocokan antar nilai atau tujuan-tujuan  yang hendak dicapai, baik yang ada dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain. Tidak dapat dipungkiri, bahwa setiap individu memiliki kebutuhan dan tujuan yang berbeda-beda dalam hidupnya. Melihat persoalan dengan perspektif yang beragam juga akan sulit dihindari.  Oleh karenanya, wajar apabila terjadi konflik atau benturan kebutuhan dan kepentingan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin sering berinteraksi, semakin besar kemungkinan terjadinya konflik.
 Setiap kelompok dalam satu organisasi yang di dalamnya terjadi interaksi antara satu dengan yang lainnya, mempunyai kecenderungan timbulnya suatu konflik yang tidak dapat di hindarkan. Konflik terjadi karena di satu sisi orang-orang yang terlibat dalam suatu organisasi mempunyai karakter, tujuan, visi dan misi yang berbeda-beda. Konflik merupakan peristiwa yang wajar dalam suatu kelompok dan organisasi, konflik tidak dapat disingkirkan tetapi konflik bisa menjadi kekuatan positif dalam suatu kelompok dan organisasi agar menjadi kelompok dan organisasi berkinerja efektif.
 Seorang pimpinan yang ingin memajukan organisasinya, harus memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya konflik, baik konflik di dalam individu maupun konflik antar perorangan, konflik di dalam kelompok dan konflik antar kelompok.
Dengan kondisi seperti itu harus disadari bahwa organisasi atau dinas kesehatan adalah sistem sosial yang bersifat adaptive dan kompleks( complex adaptive human system),bukan mesin tanpa jiwa:
Ø    Harus dirubah mindset yang meyakini bahwa organisasi adalah mesin yang bersifat rasional,tanpa jiwa yang bisa diatur berdasarkan data yang logis,
Ø    Dunia organisasi memiliki sifat yang kompleks,tidak pasti,dan banyak memiliki energi (positif dan negatif) yang mempengaruhi keberlangsungan organisasi sehingga menjadi dasar para pemimpin organisasi untuk membangun Learning Organization (LO).
Konsep Learning Organization muncul sejak akhir tahun 1980-an dan baru benar- benar dikenal secara luas setelah Peter Senge pada tahun 1990 mengeluarkan buku The Fifth Discipline. The Art and The Practice of Learning Organization. Kreitner (2006) menggaris bawahi pengertian Senge yang menggambarkan Learning Organization
B.   RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimana Learning organisasi dan Team Learning  dalam sebuah organisasi Dinas Kesehatan ?
2.    Bagaimana Strategi Pengembangan Team Learning dalam organisasi Dinas Kesehatan ?
3.    Bagaimana manajemen konflik Team Learning berperan dalam menyelesaikan konflik di Dinas Kesehatan ?
4.    Bagaimana Learning organisasi dan Team Learning dalam perubahan organisasi Dinas Kesehatan ?

C.   TUJUAN PENULISAN
1.    Untuk mengetahui Learning organisasi dan Team Learning dalam sebuah organisasi Dinas Kesehatan.
2.    Untuk mengetahui Strategi Pengembangan Team Learning  dalam organisasi Dinas Kesehatan.
3.    Untuk mengetahui manajemen konflik Team Learning berperan dalam menyelesaikan suatu konflik di Dinas Kesehatan.
4.    Untuk mengetahui Learning organisasi dan Team Learning dalam perubahan suatu organisasi Dinas Kesehatan.

D.   MANFAAT PENULISAN
1.    Sebagai bahan pembelajaran dalam pengembangan Team Learning dalam suatu organisasi
2.    Sebagai bahan acuan materi kuliah tentang Learning Organization untuk mata kuliah System Thinking and Learning Organization
3.    Untuk mengetahui cara penyelesaian konflik dalam suatu organisasi










BAB II
PEMBAHASAN

A.   LEARNING ORGANIZATION
Learning Organization secara teoritis dapat didefinisikan sebagai suatu organisaasi yang terus menerus belajar secara kolektif dan bersemangat dan terus menerus mentransformasikan dirinya pada pengumpulan, pengelolaan dan penggunaan pengetahuan yang lebih baik bagi keberhasilan organisasi   (Marquart dalam Swanson dan Halton, 2001).
Menurut Beck (dalam Dharma, 2001 : 28) ,mendefinisikan learning organization sebagai : “system of action, actors, symbols, and processes that enables an organization to transform information into valued knowledge, which in turn increase its long-run adaptive capacity”. Definisi tentang Organisasi Pembelajar juga dikemukakan oleh Pedler, Boydell dan Burgoyne (1988). Dengan mendasarkan pada proses kajian literatur, wawancara dan investigasi lain maka organisasi pembelajaran didefinisikan sebagai sebuah organisasi yang memfasilitasi pembelajaran dari seluruh anggotanya dan secara terus menerus untuk dapat mentransformasi diri
Peter Senge dalam terjemahan (2006: 21) mengartikan Learning Organization dalam bahasa Indonesia dapat diartikan Organisasi Pembelajar dimana individu-individu didalamnya secara terus menerus memperbesar kapasitasnya untuk menghasilkan   sesuatu yang diinginkan. Organisasi dimana pola berfikir yang baru dan luas dipelajari. Organisasi dimana aspirasi kelompok dibebaskan. Dan organisasi dimana individu didalamnya   mempelajari bagaimana belajar bersama.
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa, Learning Organization adalah sebuah organisasi yang menciptakan  suasana penunjang dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya  bagi  individu  di dalamnya untuk belajar secara  individu dan berkelompok kemudian mengaplikasikan   hasil  belajarnya  kedalam  proses  maupun  kegiatan  organisasi.  Jadi kegiatan belajar ini tidak berhenti pada sistem maupun mekanisme bagaimana belajar saja. Namun, bagaimana mengaplikasikannya sehingga dapat berguna bagi organisasi. Sumber belajar itu sendiri dapat dari manapun, dari intern maupun ekstern.
Ada enam kondisi yang harus disadari para pemimpin organisasi untuk membangun Learning Organization ( LO ):
1.     Menyadari bahwa organisasi adalah sistem sosial yang bersifat adaptive dan kompleks ( complex adaptive human system),bukan mesin tanpa jiwa.
2.     Memahami bahwa organisasi lebih banyak digerakkan oleh proses daripada “struktur”.pertama kita harus meninggalkan mindset bahwa organsasi harus berbentuk struktur piramida yang stabil/pasti.
3.     Memahami perbedaan proses yang terjadi pada level the First order change  adalah perubahan kecil yang terjadi di dalam sistem.
Setelah tahap ini arah pembelajaran bisa difokuskan pada tahap the second order change berhubungan dengan isu isu pembelajaran yang lebih kompleks.Kemampuan melihat isu yang lebih luas dari isu rutin yang biasa dihadapi.
4.   Menerima kebutuhan mengintegrasikan siklus masalah kebijakan dan masalah operasional dalam forum debat.Dalam forum ini masalah yang berkaitan dengan perubahan,internal maupun eksternal dibawa ke permukaan dan diperdebatkan bersama,resiko yang akan muncul dipertimbangkan bersama dan kemudian keputusan diambil yang mempengaruhi arah dan strategi organisasi.
5.    Menerima kemungkinan kejadian kejadian yang tidak bisa dihindari.Salah satu tujuan dari LO adalah mempersiapkan pembelajar untuk mampu menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.
6.    Profesionalisasi dari para pemberi arahan.Para petinggi organisasi dalam LO harus merubah peran tradisionalnya.
B.   THE FIFTH DISCIPLINE OF LEARNING ORGANIZATION
Dimensi Learning Organization Peter Senge (1999) mengemukakan bahwa di dalam learning organization yang efektif diperlukan 5 dimensi yang akan memungkinkan organisasi untuk belajar, berkembang, dan berinovasi yakni:
1.    Berpikir sistemi/system thinking, Dari awal peradaban,kita diajar memilah milah masalah dan mengejawantahkan tugas dan pekerjaan rumit menjadi mudah diatasi.Namun,kondisi seperti ini akan menciptakan masalah yang jauh lebih besar,kita kehilangan kemampuan dalam melihat urut urutan akibat dari perbuatan kita,dan kita kehilangan pemahaman yang lebih besar dengan keseluruhan sistem.Berfikir sistem membantu kita memahami pola pola permasalahan,dan belajar menguatkan atau merubahnya secara efektif dalam rangka memperoleh dan menopang manfaat kompetitifnya.Berfifkir sisitem adalah suatu kerangka kerja yang digunakan untuk melihat pola pola dan hubungan yang saling berkaitan.Ini khususnya untuk melihat dunia sebagai suatu kesatuan karena pertumbuhannya yang terus bertambah rumit.Kerumitan dapat membingungkan dan menimbulkan rongrongan “Itulah Sistemnya”.Saya tidak berdaya mengawasinya”.Berfikir sistem membuat kenyataan lebih mudah dikelola,cara ini adalah penawar bagi ketidak berdayaan.Dengan mencermati pola pola yang berada dibalik peristiwa dan rinciannya,kita benar benar menyederhanakan hidup.Berfikir Sistem tentang pemahaman menyeluruh ,bukan sebagian dan belajar bagaimana tindakan kita membentuk realita kita.  
2.    Penguasaan Diri /personal mastery, Orang dengan penguasaan pribadi tingkat tinggi yang secara konsisten mampu mewujudkan hasil yang paling penting untuk mereka-pada dasarnya, mereka hidup sebagai seorang seniman yang akan mendekati sebuah karya seni. Mereka melakukan itu dengan berkomitmen pada pembelajaran seumur hidup mereka.
Penguasaan pribadi adalah disiplin yang secara terus-menerus memperjelas dan memperdalam visi pribadi kita, memfokuskan energi kita, mengembangkan kesabaran, dan melihat realitas secara obyektif. Dengan demikian, ini merupakan landasan penting dari pondasi organisasi-organisasi belajar dalam pembelajaran spiritual. Komitmen organisasi untuk dan kapasitas untuk belajar tidak akan lebih besar dari anggotanya. Disiplin penguasaan pribadi, sebaliknya, dimulai dengan menjelaskan hal-hal yang terlalu penting bagi kita, menjalani kehidupan kita dalam pelayanan aspirasi tertinggi kita.Penguasaan Diri meliputi sederetan praktek dan prinsip prinsip.Tiga elemen utamanya adalah visi pribadi,tegangan kreatif,dan komitmen pada kebenaran.
a.    Visi pribadi,Umumnya setiap orang memiliki cita cita dan tujuan.Namun yang dimaksud disini adalah  cita cita akhir yang memiliki nilai paling utama,sedangkan yang lain merupakan alat pencapaian tujuan akhir.Kemampuan mencurahkan perhatian pada keinginan keinginan akhir adalah pondasi penguasaan diri menuju visi atau gambaran masa depan yang dicita citakan.
b.    Tegangan kreatif, Ada kesenjangan yang tak terhindarkan diantara visi kita,namun dengan adanya kesenjangan itu sendiri sebenarnya sumber daya kreatif.Kesenjangan ini memompa tegangan kreatif.Sehingga orang yang kreatif memanfaatkan kesenjangan diantara apa yang mereka inginkan dan apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan daya perubahan.
c.    Komitmen pada kebenaran.Kemauan pantang mundur untuk membuka diri dari cara cara kerja sesuatu menuju pencarian kebenaran ,merupakan ciri orang yang memilki tingkat penguasaan diri yang tinggi.Kesadaran ini menjadi faktor yang berpengaruh pada kemampuan pemimpin  mengubah struktur agar tercapai.
3.    Mental models. adalah asumsi yang tertanam, generalisasi, atau bahkan gambar atau gambar yang mempengaruhi bagaimana kita memahami dunia dan bagaimana kita mengambil tindakan Kita memahami dunia dan bertindak berdasarkan konsep dan asumsi yang mengendap jauh di dalam jiwa kita.Model mental ini membatasi cara berfikir dan bertindak kita dan ini merupakan kerugian besar bagi kita. Pimpinan Organisasi dinas kesehatan bagaimana mempercepat pembelajaran organisasi sehingga menyadari betapa meresapnya pengaruh dari model mental yang tersembunyi. bagaimana merubah model-model mental pimpinan dan karyawan secara bersama sama.
4.    Building Shared Vision.atau Visi Bersama.Tak satupun institusi bisa menjadi besar tanpa danya cita cita,nilai dan misi yang terbagi rata dalam institusi tersebut.Visi bersama sangat penting artinya bagi institusi pembelajaran yang ingin membekali para karyawannya dengan daya dan upaya.Cita cita bersama mendorong adanya komitmen kerja jangka panjang.
5.    Team Learning atau pembelajaran tim. adalah membangun kelompok orang yang bekerjasama secara luar biasa,orang saling mempercayai,saling mengisi kelebihan dan kekurangan,mengejar cita cita yang lebih tinggi.Pada tim ini,setiap orang mengemban amanat peningkatan diri yang terus menerus,setiap orang berbagi kebesaran visi,kemapuan kolektif.Para anggota juga tahu dan memahami sistem yang berjalan,serta cara cara mempengaruhinya.Pembelajaran tim adalah proses penyejajaran anggota tim dalm rangka menghindari pemborosan energi dan menciptakan hasil yang sesuai denga keinginan para anggotanya.Dibangun diatas disiplin visi bersama dan penguasaan diri,karena tim yang berbakat harus terbentuk dari individu individu yang berbakat.Karena IQ tim bisa lebih tinggi daripada individu dalam tim,maka timlah yang menjadi kunci utama unit pembelajaran pada suatu instansi dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Enrekang.Disiplin pembelajaran tim menyangkut penguasaan praktek dialog dan diskusi.Pada Sesi diskusi pandangan seseorang seringkali ditampilkan dan dipertahankan dan tim biasanya mencari luaran pandangan yang terbaik untuk mendukung keputusan mereka.Meskipun dialog dab diskusi dapat saling mengisi pada umunya tim dpat membedakan keduanya.Tujuan dialog mencari sesuatu diluar pemahaman yang telah dimilki oleh setiap anggota tim dan mengupas masalah masalah rumit dari berbagai sudut pandang.setelah dialog harus ditarik suatu keputusan dan karenanya dibutuhkan suatu diskusi dimana tindakan merupakan fokusnya.   
 Kelima dimensi organisasi pembelajaran ini harus hadir bersama-sama dalam sebuah organisasi untuk meningkatkan kualitas pengembangan SDM, karena mempercepat proses pembelajaran organisasi dan meningkatkan kemampuannya untuk beradaptasi pada perubahan dan mengantisipasi perubahan pada masa depan.




C.   TEAM LEARNING
 Team learning learns when the collective intelligence of the team exceeds the sum of the intelligence of its individual members (Senge, 1990 dalam Tee, 2005). Artinya, suatu kelompok kerja dikatakan berhasil jika masing-masing anggota dalam kelompok tersebut bisa saling mengisi kekurangan yang ada dengan kelebihan yang dimiliki oleh anggota kelompok. engan demikian, jumlah ketercapaian hasil yang diperoleh tim dapat melebihi jumlah hasil dari tiap-tiap individu jika mereka bekerja secara sendiri-sendiri. Sebagaimana dijelaskan di pendahuluan bahwa dalam organisasi modern, team learning merupakan suatu bentuk kerjasama yang paling penting dan mendasar, karena
team learning memiliki peranan yang penting untuk membawa sekelompok orang mencapai level kinerja yang lebih tinggi (Tee, 2005).  Hal ini dapat digambarkan dalam penjelasan berikut. Menurut konsep team learning dari Tee (2005) jika suatu pekerjaan dilakukan secara individu per individu maka 1+ 1 + 1 + 1 + 1 = 5. Tetapi jika dilakukan secara sinergis, maka 1 + 1 + 1 + 1 + 1 bisa menjadi 15 atau bahkan 25. Dalam kondisi tertentu 1 + 1 + 1 + 1 + 1 bisa menjadi -5 (minus 5). Jika hal minus ini terjadi, pasti di dalam kelompok tersebut ada sesuatu yang salah atau mungkin terjadi miskomunikasi atau masalah yang lain. Dari penjelasan tersebut Tee (2005) lebih lanjut mengatakan bahwa satu orang individu tidak akan cukup mampu untuk membawa suatu organisasi ke jenjang yang lebih tinggi, seberapapun tinggi kedudukannya dalam organisasi tersebut.  Yang diperlukan dalam suatu organisasi adalah bukan kekuatan atau kehebatan seorang individu, melainkan kekuatan kolektif yang diwujudkan dalam bentuk team learning. Itulah mengapa team learning menjadi sangat mendesak untuk dilaksanakan.
D.   STRATEGI PENGEMBANGAN TEAM LEARNING
Proses team learning dalam suatu kelompok merupakan hal yang sangat penting. Proses tersebut harus memungkinkan terjadinya kolaborasi dan rasa saling tergantung. Meskipun ada rasa saling tergantung, tetapi setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab masing-masing dalam memberikan kontribusi bagi terselesaikannya suatu pekerjaan yang diberikan.
Jadi dalam team learning bukan produk akhir saja yang menjadi  tekanan, tetapi bagaimana proses mencapai produk perlu untuk mendapatkan perhatian, karena proses pembelajaran yang sesungguhnya terjadi di sana. ada beberapa hal lain yang perlu untuk diperhatikan, yaitu: cara menyelesaikan konflik, dinamika kelompok, membuat keputusan yang bijaksana, dan memimpin secara efektif. Dengan mengembangkan hal-hal tersebut dalam kelompok, maka setiap anggota kelompok akan merasakan manfaatnya tidak hanya karena bekerja dalam kelompok, tetapi juga karena belajar untuk bagaimana bekerja dalam kelompok.      
Pada akhirnya,setelah semua anggota kelompok merasakan kedua hal tersebut, yaitu bekerja dalam kelompok dan belajar bekerja dalam kelompok, maka mereka semua perlu melakukan evaluasi terhadap efektivitas masing-masing dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, dan juga seberapa baik mereka dapat belajar dan bekerja secara bersama-sama sebagai sebuah tim. Kelompok yang berhasil diawali dengan komunikasi yang baik, mau belajar dan mau belajar bekerja bersama-sama, serta ada kerelaan untuk saling terlibat dan mengkomunikasikan apa yang ada dalam hati dan pikiran mereka.
Komunikasi mempunyai andil membangun iklim organisasi, yang berdampak kepada membangun budaya oranisasi, yaitu nilai dan kepercayaan yang menjadi titik pusat organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah : Komunikasi di suatu organisasi yang dilakukan pimpinan, baik dengan para karyawan maupun dengan kha layak yang ada kaitannya dengan organisasi, dalam rangka pembinaan kerja sama yang serasi untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi (Effendy,1989).Pemeliharaan hubungan dengan karyawan memerlukan komunikasi yang efektif.Sehingga komunikasi secara terus menerus merupakan suatu keharusan.

E.   TINJAUAN UMUM DINAS KESEHATAN
Dinas Kesehatan Kabupaten adalah unsur pelaksana Pemerintah Daerah Kabupaten yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Kepala Dinas Kesehatan mempunyai tugas pokok membantu Bupati  melaksanakan kewenangan desentralisasi di bidang kesehatan dan tugas lain yang diberikan Bupati. Hal ini memberikan kewenangan yang cukup kuat pada daerah untuk menangani program pembangunan dan mengelola  sumber daya serta membuat perencanaan yang sesuai dengan kebutuhan daerah, sehingga peran dan fungsi kota dalam pembangunan sistem pelayanan kesehatan yang secara spesifik, inovatif, mandiri dan berkesinambungan perlu ditingkatkan.
F.    MANAJEMEN KONFLIK DI DINAS KESEHATAN
Permasalahan sering muncul didalam organisasi seperti Dinas kesehatan dan di tuntut oleh anggotanya untuk melewati dan menyelesaikannya .Permasalahan yang sering terjadi di organisasi – organisasi yang pada akhirnya secara tidak langsung menuntut seorang pemimpin untuk membuat keputusan , Permasalahan yang saya temui pada Dinas Kesehatan Kab.Enrekang Sangat kompleks.
Berbagai hal seperti kompleksitas alur informasi, kompleksitas komunikasi, kompleksitas pembuat keputusan, kompleksitas pendelegasian wewenang.Kompleksitas lain adalah sehubungan dengan sumber daya manusia. Seperti kita ketahui bahwa sehubungan dengan sumber daya manusia ini dapat di identifikasi pula berbagai kompleksitas seperti kompleksitas jabatan, kompleksitas tugas, kompleksitas kedudukan dan status, kompleksitas hak dan wewenang. Kompleksitas ini dapat merupakan sumber potensial untuk timbulnya konflik dalam organisasi, terutama konflik yang berasal dari sumber daya manusia, dimana dengan berbagai latar belakang yang berbeda tentu mempunyai tujuan yang berbeda pula dalam tujuan dan motivasi mereka dalam bekerja.
Komitmen bersama dalam bentuk “TEAM LEARNING” sangatlah dituntut dalam melaksanakan organisasi pembelajaran. Komitmen ini  dijalani setiap individu dalam kelompok dengan melalui  kebiasaan-kebiasaan yang efektif.  Untuk menjadi seorang yang efektif Stephen R Covey (Dalam bukunya The Sevent Habits ) menyatakan ada 7 kebiasaan yang harus dimiliki untuk menjadi seorang yang efektif :
1.    Selalulah menjadikan pribadi yang proaktif (Be proactive), yaitu orang yang selalu  digerakkan oleh nilai-nilai kepedulian.
Bersikap proaktif adalah lebih dari sekedar mengambil inisiatif. Bersikap proaktif artinya bertanggung jawab atas perilaku kita sendiri (di masa lalu, di masa sekarang, maupun di masa mendatang), dan membuat pilihan-pilihan berdasarkan prinsip-prinsip serta nilai-nilai ketimbang pada suasana hati atau keadaan. Orang-orang proaktif adalah pelaku-pelaku perubahan dan memilih untuk tidak menjadi korban, untuk tidak bersikap reaktif, untuk tidak menyalahkan orang lain. Mereka lakukan ini dengan mengembangkan serta menggunakan keempat karunia manusia yang unik – kesadaran diri, hati nurani, daya imajinasi, dan kehendak bebas – dan dengan menggunakan Pendekatan Dari Dalam Ke Luar untuk menciptakan perubahan. Mereka bertekad menjadi daya pendorong kreatif dalam hidup mereka sendiri, yang adalah keputusan paling mendasar yang bisa diambil setiap orang.
2.   Mulai dengan akhir dalam pikiran ( Begin with the end in mind), harus tahu tujuan dari kegiatan yang  dilakukan.
Membentuk masa depannya masing-masing dengan terlebih dulu menciptakan visi serta tujuan setiap proyek secara mental. Mereka bukan menjalani kehidupannya hari demi hari tanpa tujuan-tujuan yang jelas dalam benak mereka. Secara mental mereka identifikasikan prinsip-prinsip, nilai-nilai, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan yang paling penting bagi mereka sendiri dan membuat komitmen terhadap diri sendiri untuk melaksanakannya. Suatu pernyataan misi adalah bentuk tertinggi dari penciptaan secara mental, yang dapat disusun oleh seorang individu, keluarga, atau organisasi. Pernyataaan misi ini adalah keputusan utama, karena melandasi keputusan-keputusan lainnya. Menciptakan budaya kesamaan misi, visi, dan nilai-nilai, adalah inti dari kepemimpinan
3.    Dahulukan yang harus didahulukan ( Put first thing firs). Mampu membiasakan melakukan hal-hal yang diprioritas utamakan.
Mendahulukan yang utama adalah penciptaan kedua secara fisik. Mendahulukan yang utama artinya mengorganisasikan dan melaksanakan, apa-apa yang telah diciptakan secara mental (tujuan Anda, visi Anda, nilai-nilai Anda, dan prioritas-prioritas Anda). Hal-hal sekunder tidak didahulukan. Hal-hal utama tidak dikebelakangkan. Individu dan organisasi memfokuskan perhatiannya pada apa yang paling penting, entah mendesak entah tidak. Intinya adalah memastikan diutamakannya hal yang utama.
4.   Berpikir menang-menang ( Win-win)
Berpikir menang/menang adalah cara berpikir yang berusaha mencapai keuntungan bersama, dan didasarkan pada sikap saling menghormati dalam semua interaksi. Berpikir menang/menang adalah didasarkan pada kelimpahan – “kue” yang selamanya cukup, peluang, kekayaan, dan sumber-sumber daya yang berlimpah – ketimbang pada kelangkaan serta persaingan. Berpikir menang/menang artinya tidak berpikir egois (menang/kalah) atau berpikir seperti martir (kalah/menang). Dalam kehidupan bekerja maupun keluarga, para anggotanya berpikir secara saling tergantung – dengan istilah “kita”, bukannya “aku”. Berpikir menang/menang mendorong penyelesaian konflik dan membantu masing-masing individu untuk mencari solusi-solusi yang sama-sama menguntungkan. Berpikir menang/menang artinya berbagi informasi, kekuasaan, pengakuan, dan imbalan.
5.  Berusaha mengerti dulu baru dimengerti ( Seek first  to understand than to be understood)
Kalau kita mendengarkan dengan seksama, untuk memahami orang lain, ketimbang untuk menanggapinya, kita memulai komunikasi sejati dan membangun hubungan. Kalau orang lain merasa dipahami, mereka merasa ditegaskan dan dihargai, mau membuka diri, sehingga peluang untuk berbicara secara terbuka serta dipahami terjadi lebih alami dan mudah. Berusaha memahami ini menuntut kemurahan; berusaha dipahami menuntut keberanian. Keefektifan terletak dalam keseimbangan di antara keduanya
6.  Wujudkan sinergi ( Synergize) , kerjasama, kreatif, keseluruhan lebih besar dari bagian-bagian
       Sinergi adalah soal menghasilkan alternatif ketiga – bukan caraku, bukan caramu, melainkan cara ketiga yang lebih baik ketimbang cara kita masing-masing. Memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dalam mengatasi masalah, memanfaatkan peluang. Tim-tim serta keluarga-keluarga yang sinergis memanfaatkan kekuatan masing-masing individu sehingga secara keseluruhannya lebih besar seperti ini mengenyampingkan sikap saling merugikan (1 + 1 = 1/2). Mereka tidak puas dengan kompromi (1 + 1 = 1 ½), atau sekedar kerjasama (1 + 1 = 2). Melainkan, mereka kejar kerjasama yang kreatif (1 + 1 = 3 atau lebih).
7.  Asahlah gergaji ( Sharpen the saw), dengan selalu memperbaharui 4 dimensi yaitu : fisik, spiritual,mental dan emosional
       Mengasah gergaji adalah soal memperbaharui diri terus-menerus dalam keempat bidang kehidupan dasar: fisik, sosial/emosional, mental, dan rohaniah. Kebiasaan inilah yang meningkatkan kapasitas kita utnuk menerapkan kebiasaan-kebiasaan efektif lainnya. Bagi sebuah organisasi, Kebiasaan 7 menggalakkan visi, pembaharuan, perbaikan terus-menerus, kewaspadaan terhadap kelelahan atau kemerosotan moral, dan memposisikan organisasinya di jalan pertumbuhan yang baru. Pada tim ini,setiap orang mengemban amanat peningkatan diri yang terus menerus,setiap orang berbagi kebesaran visi,kemapuan kolektif.

G.   MENUJU PERUBAHAN ORGANISASI (DINAS KESEHATAN)
Dalam Menuju akselerasi perubahan di dinas Kesehatan Kab.Enrekang,Kami akan Membentuk learning organization (TEAM LEARNING) dengan menanamkan  7  kebiasaan efektif / SEVEN HABITS pada individu dalam team.Di dalam Buku Everyone is # 1 oleh Davit Setiawan “Berapa harga yang berani anda bayar untuk meraih kesuksesan anda?Seberapa besar anda mau berkorban untuk mencapai kesuksesan anda?Seperti apa konsistensi anda terhadap  apa yang anda inginkan? Rangkaian pertanyaan tersebut memang menyengat ,tetapi demikianlah kenyataan bahwa selalu ada harga yang harus kita bayar untuk sesuatu yang kita inginkan.Kesuksesan atau keberhasilan suatu Team Learning berbanding lurus dengan keberaniannya dalam membayar harga kesuksesan itu. Olehnya itu memerlukan komitmen yang kuat dari Seorang Pemimpin atau Kepala Dinas. Upaya untuk membentuk learning organization (Team Learning) merupakan upaya transformasional yang tidak hanya mengubah budaya kerja dalam melakukan visi misi bersama tetapi juga menanam dan menginvestasikan perangkat pendukung, infrastruktur, media dan proses pembelajaran itu sendiri yang tidak sedikit membutuhkan biaya. Membangun learning organization perlu awal yang tepat. Fondasi learning organization terletak pada ada tidaknya sistem dan struktur organisasi yang tepat dan efektif, pembagian tugas, alokasi tanggung jawab, proses yang efektif, fasilitas pembelajaran sesuai kebutuhan peningkatan kompetensi inti suatu instansi. Penggunaan peta kompetensi yang berisi kelengkapan kompetensi human interaction effectiveness,leadership, characters, kompetensi teknis, menjadi prasyarat mutlak jika kita ingin berhasil membangun learning organization.


BAB III
PENUTUP
A.   KESIMPULAN
Learning Organization (Team Learning)   adalah  Kemampuan organisasi untuk mensinergikan kegiatan team ini ditentukan oleh adanya visi bersama dan kemampuan berfikir sistemik seperti yang telah dibicarakan di atas. Namun demikian tanpa adanya kebiasaan yang efektif dalam suatu team, maka pembelajaran organisasi akan sangat lambat, dan bahkan berhenti. Oleh karena itu semangat belajar dalam team, harus selalu dijaga dengan kuat dan dipertahankan.Hal ini senada dengan pernyataan dari Rudyar Kippling” if you want something and you didn’t get it,you either didn’t want it or you try to bargain for the price”.Berbagi wawasan pengetahuan dalam tim menjadi sangat penting untuk peningkatan kapasitas organisasi dalam menambah modal intelektualnya. Adanya konsep learning organization (TEAM LEARNING) diharapkan menjawab perubahan lingkungan kerja yang mengharuskan organisasi untuk terus belajar, dan membawa kemanfaatan.
B.   REKOMENDASI
1.    Harus ada keinginan kuat dan kerja keras membangun komunikasi yang baik antara atasan dan staf  untuk suatu tujuan akhir yang lebih besar dan lebih bernilai.
2.      Dibutuhkan Seorang Pemimpin Yang mempunyai Paradigma Baru bukan paradigma tradisional.
3.      Harus ada Dukungan dari berbagai pihak terutama Bupati Kab.Enrekang.





REFERENSI
Covey, Stephen R. (1993) , The Seven Habits of Highly Effective People, Simon & Schuster. Inc, .
Effendy, 1989, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung 
Peter Senge. 2006. Disiplin Kelima (The Fifth Discipline Fieldbook ).
Interaksara.
Siagian,Sondang P.2009.Manajemen Sumber Daya Manusia.Jakarta:Bumi Aksara
Setiawan Davit,2015.Everyone is #1.Jakarta.PT Elex Media komputindo

Thaha.AR.2003.Bahan Bacaan  Untuk Kuliah ST-LO(System Thinking & Learning Organization)

No comments:

Post a Comment

3 Pesan Rasulullah SAW

3 hal yang perlu kita perhatikan sebagai seorang muslim kata Rasulullah: 1.        Tinggalkanlah  maksiyat 2.        Laksanakanlah  kew...